Monday, May 26, 2025

Suara yang Menguatkan: Jejak Figur dalam Setiap Langkah

 

“Ayo berangkat, jangan telat. Sukses nggak bisa datang sendiri, harus dijemput.”

    Itulah kalimat pertama yang hampir selalu kudengar setiap pagi. Kalimat itu keluar dari lisan insan yang paling kuhormati, lelaki yang kusapa Bapak. Bukan ucapan manis atau sapaan lembut seperti yang mungkin terdengar dari orang tua lain, melainkan kalimat sederhana penuh makna. Dari tutur yang tegas dan datar itulah, aku merasakan cinta seorang ayah—sederhana tapi tulus, yang nyata tanpa basa-basi.

    Bapak bekerja sebagai mekanik. Tangannya kasar, penuh kapalan, dan sering terluka oleh goresan-goresan kecil. Kadang, aku masih bisa mencium bau oli yang melekat, meski sudah dicuci berulang kali. Dari tangan itulah banyak hal dalam hidupku berjalan—mulai dari roda motor yang selalu siap melaju setiap pagi, hingga semangat yang diam-diam ia tanamkan dalam diriku.

    “Bapak nggak sekolah tinggi, tapi maunya kamu bisa lebih dari Bapak,” ujarnya suatu pagi saat memeriksa tekanan ban motor sebelum berangkat. Setiap hari, dia tak pernah absen memberikan ‘ceramah’ singkat tentang berbagai hal. Kadang topiknya ringan, seperti cara merawat motor atau kondisi jalan yang semakin rusak. Kadang juga lebih serius—tentang bagaimana menjaga sikap di hadapan orang lain, memilih teman yang tepat, dan tetap menjadi diri sendiri di tengah tekanan lingkungan.

    Dulu, aku sering merasa terganggu dan kesal dengan ocehannya yang seolah tak pernah berhenti. Aku sering membatin, “Kapan sih berhentinya?” Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai memahami bahwa di balik nada datar dan tegas itu tersimpan perhatian yang nyata. Suaranya yang dulu terasa mengganggu kini menjadi pengingat bahwa aku tidak pernah berjalan sendiri. Ada figur yang selalu memperhatikan, mengawasi setiap langkah, dan berharap aku bisa terus bertahan dan maju. Bahkan saat aku lelah dan ingin menyerah, suaranya tanpa kusadari memberi kekuatan baru.

    Dia bukan tipe pendiam yang menyimpan segalanya dalam diam. Justru sebaliknya—bicara terus, menegur, mengingatkan, menasihati, hampir tanpa jeda. Kini aku mengerti: setiap kalimatnya adalah bentuk perlindungan, cara menjaga tanpa perlu memeluk. Kadang aku hanya membalas dengan anggukan singkat, atau pura-pura sibuk agar tak perlu menjawab. Tapi diam-diam, semua itu menancap, membentuk caraku berpikir, caraku berdiri hari ini.

    Dari suara yang dulu terasa membebani, aku belajar arah. Dari kerja keras tanpa menuntut balasan, aku memahami bahwa cinta bisa hadir dalam bentuk paling sederhana: sebuah motor yang selalu siap mengantarku, tangan kasar yang tak pernah ragu menopang, dan punggung lelah yang tetap tegak di tengah dunia yang tak ramah.

    “Bapak nggak bisa kasih banyak. Tapi selama kuat, Bapak antar kamu terus.” itulah kalimat sederhana yang menjadi penopang di saat-saat sulit dan terus menguatkan langkahku hingga kini.




Sunday, May 11, 2025

Praktik Wawancara Individu

         

        

Tema                           : Peran Ganda Ibu Rumah Tangga sebagai Pelaku Usaha Sampingan

Narasumber                 : Budhe Sri, Ibu Rumah Tangga dan Pelaku Usaha Rumahan

Tempat & Waktu         : Rumah Narasumber, 10 Mei 2025

Metode                        : Wawancara langsung (tatap muka)

Wawancara oleh          : Nur Laili Alfiyanti


    Dalam kehidupan rumah tangga, peran seorang ibu tidak hanya terbatas pada urusan dapur dan mengurus anak. Banyak ibu rumah tangga yang kini juga turut ambil bagian dalam menopang ekonomi keluarga, salah satunya adalah seorang ibu rumah tangga bernama Sri Hartini. Kerap disapa akrab dengan sebutan "Budhe Sri", beliau adalah seorang ibu rumah tangga berusia 47 tahun yang memiliki tiga orang anak. Di tengah kesibukannya mengurus keluarga, Budhe Sri juga aktif menjalankan berbagai usaha dari rumah, mulai dari membuat aneka snack hingga memasarkan produk herbal. Wawancara ini menggali kisah inspiratif beliau dalam membagi waktu, memulai usaha, hingga terus bertahan dalam bisnis rumahan yang telah dijalaninya selama lebih dari 20 tahun.


Hasil Wawancara:

  1. Bisa Budhe ceritakan sedikit tentang keseharian Budhe sebagai seorang ibu rumah tangga?
    Keseharian saya sebagai ibu rumah tangga itu biasa seperti ibu-ibu yang lain. Menyiapkan sarapan, menyiapkan anak-anak untuk sekolah, bersih-bersih rumah, masak, ya seperti ibu rumah tangga pada umumnya.
  2. Apa yang mendorong Budhe untuk memulai bisnis sampingan di tengah kesibukan rumah tangga?
    Yang mendorong saya untuk berbisnis sampingan itu karena ingin membantu perekonomian keluarga, supaya kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Suami saya kan pekerja bangunan, penghasilannya tidak tetap karena tidak setiap hari ada pekerjaan. Saya mulai berbisnis sejak tahun 2004, jadi kurang lebih sudah 20 tahun.

  3. Jenis usaha apa saja yang Budhe jalankan saat ini?
    Untuk saat ini fokus ke snack kecil-kecilan, snack box, atau bolu dan perkuean. Kadang juga membuat jamu, memasarkan skincare dan obat-obatan herbal, tapi sekarang lebih fokus ke makanan dan minuman.

  4. Dari semua usaha yang Budhe lakukan, mana yang paling menghasilkan dan kenapa bisa?
    Yang paling menghasilkan ya dari snack itu. Omzet per hari tidak tentu juga karena pesanannya kadang banyak kadang sedikit. Tapi alhamdulillah tetap ada pemasukan setiap hari.

  5. Bagaimana Budhe membagi waktu antara mengurus rumah, anak-anak, dan menjalankan bisnis?
    Kita harus pintar-pintar membagi waktu. Kalau budhe itu setiap sebelum Subuh, sekitar jam setengah 3 sudah bangun dan mulai masak untuk snack. Terus pagi masak untuk sarapan anak-anak. Setelah anak-anak berangkat sekolah, saya seperti biasa bersih-bersih rumah, mencuci, dan lainnya. Biasanya kalau ada pesanan banyak, snack-nya mulai dibuat dari malam dan dilanjutkan paginya.

  6. Siapa saja yang biasanya membantu Budhe dalam menjalankan semua aktivitas ini?
    Tidak ada yang membantu, semua dikerjakan sendiri. Karena dua anak budhe yang besar sudah kerja semua, dan yang bungsu masih sekolah, jadi dikerjakan semua sendiri.

  7. Apa kendala paling sering Budhe hadapi dalam menjalankan bisnis dari rumah?
    Sebenarnya tidak ada kendala karena berjualan online. Untuk kendala seperti warung atau toko belum ada keinginan. Untuk pengantaran snack juga tidak ada masalah karena biasanya diambil langsung oleh customer.

  8. Bagaimana Budhe memasarkan produk-produk dari bisnis tersebut?
    Semua lewat HP, dari status WhatsApp dan Facebook. Tapi sekarang lebih fokus ke WhatsApp, Facebook-nya jarang dipakai. Biasanya pelanggan dari teman-teman atau kenalan.

  9. Apakah Budhe pernah merasa lelah atau ingin menyerah? Apa yang membuat Budhe tetap bertahan?
    Kalau lelah dan capek itu pasti, tapi yang membuat saya bertahan itu karena hasilnya menjanjikan dan pastinya bisa sangat membantu perekonomian keluarga.

  10. Dari mana Budhe mendapatkan inspirasi atau ide untuk produk-produk yang dijual?
    Awalnya cuma bikin-bikin dan dimakan sendiri, terus suka diposting di media sosial, ternyata banyak yang minat. Akhirnya mulai menerima pesanan dan dijual.

  11. Bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar terhadap usaha yang Budhe jalani?
    Tanggapannya bagus, mereka suka karena tidak perlu pesan snack jauh-jauh. Alhamdulillah semua suka makanannya. Selama berbisnis, tidak pernah dapat review buruk dari orang-orang atau customer.

  12. Apa pengalaman paling berkesan yang pernah Budhe alami selama menjalani bisnis ini?
    Yang paling berkesan itu saat punya orderan banyak. Memang melelahkan, tapi kalau pesanannya banyak, otomatis laba juga lebih banyak. Selain itu, kalau customer puas, saya juga ikut senang dan puas, apalagi mereka biasanya order lagi dan lagi.

  13. Bagaimana Budhe melihat peran ibu rumah tangga dalam ekonomi keluarga di masa sekarang?
    Menurut saya, sebaiknya ibu rumah tangga jangan hanya bergantung pada suami. Kita harus bisa bantu, walaupun hanya dari rumah, tapi kita bisa belajar berbisnis untuk membantu suami dan mencukupi kebutuhan dan keinginan kita sendiri.

  14. Apa saran Budhe untuk orang lain yang ingin memulai usaha tapi merasa ragu atau tidak percaya diri?
    Saran saya, coba dulu, jangan berhenti sebelum berhasil. Memang kalau memulai usaha itu kadang capek, kadang kesel, kadang sepi nggak ada pembeli, tapi jangan putus asa. Coba terus, insya Allah akan ada jalan dan kemudahan. Sebaiknya juga memulai bisnis sesuai skill masing-masing.

  15. Apa harapan dan rencana Budhe ke depan terhadap usaha yang Budhe jalani saat ini?
    Harapannya semoga bisa lebih maju lagi, punya peralatan lengkap untuk menunjang bisnis katering saya. Kalau semakin berkembang, saya ingin punya karyawan juga untuk membantu.


Foto Dokumentasi:
















Suara yang Menguatkan: Jejak Figur dalam Setiap Langkah

  “Ayo berangkat, jangan telat. Sukses nggak bisa datang sendiri, harus dijemput.”      Itulah kalimat pertama yang hampir selalu kudengar s...