Monday, May 26, 2025

Suara yang Menguatkan: Jejak Figur dalam Setiap Langkah

 

“Ayo berangkat, jangan telat. Sukses nggak bisa datang sendiri, harus dijemput.”

    Itulah kalimat pertama yang hampir selalu kudengar setiap pagi. Kalimat itu keluar dari lisan insan yang paling kuhormati, lelaki yang kusapa Bapak. Bukan ucapan manis atau sapaan lembut seperti yang mungkin terdengar dari orang tua lain, melainkan kalimat sederhana penuh makna. Dari tutur yang tegas dan datar itulah, aku merasakan cinta seorang ayah—sederhana tapi tulus, yang nyata tanpa basa-basi.

    Bapak bekerja sebagai mekanik. Tangannya kasar, penuh kapalan, dan sering terluka oleh goresan-goresan kecil. Kadang, aku masih bisa mencium bau oli yang melekat, meski sudah dicuci berulang kali. Dari tangan itulah banyak hal dalam hidupku berjalan—mulai dari roda motor yang selalu siap melaju setiap pagi, hingga semangat yang diam-diam ia tanamkan dalam diriku.

    “Bapak nggak sekolah tinggi, tapi maunya kamu bisa lebih dari Bapak,” ujarnya suatu pagi saat memeriksa tekanan ban motor sebelum berangkat. Setiap hari, dia tak pernah absen memberikan ‘ceramah’ singkat tentang berbagai hal. Kadang topiknya ringan, seperti cara merawat motor atau kondisi jalan yang semakin rusak. Kadang juga lebih serius—tentang bagaimana menjaga sikap di hadapan orang lain, memilih teman yang tepat, dan tetap menjadi diri sendiri di tengah tekanan lingkungan.

    Dulu, aku sering merasa terganggu dan kesal dengan ocehannya yang seolah tak pernah berhenti. Aku sering membatin, “Kapan sih berhentinya?” Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai memahami bahwa di balik nada datar dan tegas itu tersimpan perhatian yang nyata. Suaranya yang dulu terasa mengganggu kini menjadi pengingat bahwa aku tidak pernah berjalan sendiri. Ada figur yang selalu memperhatikan, mengawasi setiap langkah, dan berharap aku bisa terus bertahan dan maju. Bahkan saat aku lelah dan ingin menyerah, suaranya tanpa kusadari memberi kekuatan baru.

    Dia bukan tipe pendiam yang menyimpan segalanya dalam diam. Justru sebaliknya—bicara terus, menegur, mengingatkan, menasihati, hampir tanpa jeda. Kini aku mengerti: setiap kalimatnya adalah bentuk perlindungan, cara menjaga tanpa perlu memeluk. Kadang aku hanya membalas dengan anggukan singkat, atau pura-pura sibuk agar tak perlu menjawab. Tapi diam-diam, semua itu menancap, membentuk caraku berpikir, caraku berdiri hari ini.

    Dari suara yang dulu terasa membebani, aku belajar arah. Dari kerja keras tanpa menuntut balasan, aku memahami bahwa cinta bisa hadir dalam bentuk paling sederhana: sebuah motor yang selalu siap mengantarku, tangan kasar yang tak pernah ragu menopang, dan punggung lelah yang tetap tegak di tengah dunia yang tak ramah.

    “Bapak nggak bisa kasih banyak. Tapi selama kuat, Bapak antar kamu terus.” itulah kalimat sederhana yang menjadi penopang di saat-saat sulit dan terus menguatkan langkahku hingga kini.




Sunday, May 11, 2025

Praktik Wawancara Individu

         

        

Tema                           : Peran Ganda Ibu Rumah Tangga sebagai Pelaku Usaha Sampingan

Narasumber                 : Budhe Sri, Ibu Rumah Tangga dan Pelaku Usaha Rumahan

Tempat & Waktu         : Rumah Narasumber, 10 Mei 2025

Metode                        : Wawancara langsung (tatap muka)

Wawancara oleh          : Nur Laili Alfiyanti


    Dalam kehidupan rumah tangga, peran seorang ibu tidak hanya terbatas pada urusan dapur dan mengurus anak. Banyak ibu rumah tangga yang kini juga turut ambil bagian dalam menopang ekonomi keluarga, salah satunya adalah seorang ibu rumah tangga bernama Sri Hartini. Kerap disapa akrab dengan sebutan "Budhe Sri", beliau adalah seorang ibu rumah tangga berusia 47 tahun yang memiliki tiga orang anak. Di tengah kesibukannya mengurus keluarga, Budhe Sri juga aktif menjalankan berbagai usaha dari rumah, mulai dari membuat aneka snack hingga memasarkan produk herbal. Wawancara ini menggali kisah inspiratif beliau dalam membagi waktu, memulai usaha, hingga terus bertahan dalam bisnis rumahan yang telah dijalaninya selama lebih dari 20 tahun.


Hasil Wawancara:

  1. Bisa Budhe ceritakan sedikit tentang keseharian Budhe sebagai seorang ibu rumah tangga?
    Keseharian saya sebagai ibu rumah tangga itu biasa seperti ibu-ibu yang lain. Menyiapkan sarapan, menyiapkan anak-anak untuk sekolah, bersih-bersih rumah, masak, ya seperti ibu rumah tangga pada umumnya.
  2. Apa yang mendorong Budhe untuk memulai bisnis sampingan di tengah kesibukan rumah tangga?
    Yang mendorong saya untuk berbisnis sampingan itu karena ingin membantu perekonomian keluarga, supaya kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Suami saya kan pekerja bangunan, penghasilannya tidak tetap karena tidak setiap hari ada pekerjaan. Saya mulai berbisnis sejak tahun 2004, jadi kurang lebih sudah 20 tahun.

  3. Jenis usaha apa saja yang Budhe jalankan saat ini?
    Untuk saat ini fokus ke snack kecil-kecilan, snack box, atau bolu dan perkuean. Kadang juga membuat jamu, memasarkan skincare dan obat-obatan herbal, tapi sekarang lebih fokus ke makanan dan minuman.

  4. Dari semua usaha yang Budhe lakukan, mana yang paling menghasilkan dan kenapa bisa?
    Yang paling menghasilkan ya dari snack itu. Omzet per hari tidak tentu juga karena pesanannya kadang banyak kadang sedikit. Tapi alhamdulillah tetap ada pemasukan setiap hari.

  5. Bagaimana Budhe membagi waktu antara mengurus rumah, anak-anak, dan menjalankan bisnis?
    Kita harus pintar-pintar membagi waktu. Kalau budhe itu setiap sebelum Subuh, sekitar jam setengah 3 sudah bangun dan mulai masak untuk snack. Terus pagi masak untuk sarapan anak-anak. Setelah anak-anak berangkat sekolah, saya seperti biasa bersih-bersih rumah, mencuci, dan lainnya. Biasanya kalau ada pesanan banyak, snack-nya mulai dibuat dari malam dan dilanjutkan paginya.

  6. Siapa saja yang biasanya membantu Budhe dalam menjalankan semua aktivitas ini?
    Tidak ada yang membantu, semua dikerjakan sendiri. Karena dua anak budhe yang besar sudah kerja semua, dan yang bungsu masih sekolah, jadi dikerjakan semua sendiri.

  7. Apa kendala paling sering Budhe hadapi dalam menjalankan bisnis dari rumah?
    Sebenarnya tidak ada kendala karena berjualan online. Untuk kendala seperti warung atau toko belum ada keinginan. Untuk pengantaran snack juga tidak ada masalah karena biasanya diambil langsung oleh customer.

  8. Bagaimana Budhe memasarkan produk-produk dari bisnis tersebut?
    Semua lewat HP, dari status WhatsApp dan Facebook. Tapi sekarang lebih fokus ke WhatsApp, Facebook-nya jarang dipakai. Biasanya pelanggan dari teman-teman atau kenalan.

  9. Apakah Budhe pernah merasa lelah atau ingin menyerah? Apa yang membuat Budhe tetap bertahan?
    Kalau lelah dan capek itu pasti, tapi yang membuat saya bertahan itu karena hasilnya menjanjikan dan pastinya bisa sangat membantu perekonomian keluarga.

  10. Dari mana Budhe mendapatkan inspirasi atau ide untuk produk-produk yang dijual?
    Awalnya cuma bikin-bikin dan dimakan sendiri, terus suka diposting di media sosial, ternyata banyak yang minat. Akhirnya mulai menerima pesanan dan dijual.

  11. Bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar terhadap usaha yang Budhe jalani?
    Tanggapannya bagus, mereka suka karena tidak perlu pesan snack jauh-jauh. Alhamdulillah semua suka makanannya. Selama berbisnis, tidak pernah dapat review buruk dari orang-orang atau customer.

  12. Apa pengalaman paling berkesan yang pernah Budhe alami selama menjalani bisnis ini?
    Yang paling berkesan itu saat punya orderan banyak. Memang melelahkan, tapi kalau pesanannya banyak, otomatis laba juga lebih banyak. Selain itu, kalau customer puas, saya juga ikut senang dan puas, apalagi mereka biasanya order lagi dan lagi.

  13. Bagaimana Budhe melihat peran ibu rumah tangga dalam ekonomi keluarga di masa sekarang?
    Menurut saya, sebaiknya ibu rumah tangga jangan hanya bergantung pada suami. Kita harus bisa bantu, walaupun hanya dari rumah, tapi kita bisa belajar berbisnis untuk membantu suami dan mencukupi kebutuhan dan keinginan kita sendiri.

  14. Apa saran Budhe untuk orang lain yang ingin memulai usaha tapi merasa ragu atau tidak percaya diri?
    Saran saya, coba dulu, jangan berhenti sebelum berhasil. Memang kalau memulai usaha itu kadang capek, kadang kesel, kadang sepi nggak ada pembeli, tapi jangan putus asa. Coba terus, insya Allah akan ada jalan dan kemudahan. Sebaiknya juga memulai bisnis sesuai skill masing-masing.

  15. Apa harapan dan rencana Budhe ke depan terhadap usaha yang Budhe jalani saat ini?
    Harapannya semoga bisa lebih maju lagi, punya peralatan lengkap untuk menunjang bisnis katering saya. Kalau semakin berkembang, saya ingin punya karyawan juga untuk membantu.


Foto Dokumentasi:
















Tuesday, April 29, 2025

Pengendara Terlambat Mengerem, Dua Motor Tersungkur di Katamso

 

      Lengah Saat Berkendara, Rem Mendadak Picu Kecelakaan Beruntun di Jalan Katamso

    SURAKARTA – Kecelakaan beruntun yang melibatkan dua sepeda motor terjadi di Jalan Brigjend Katamso, Surakarta, Kamis siang (17/4), sekitar pukul 14.30 WIB. Insiden ini berlangsung di sebuah jalan dekat Rumah Sakit Dokter Oen dan mengakibatkan tiga orang pengendara terjatuh. Menurut keterangan sejumlah saksi di lokasi, kecelakaan bermula ketika empat sepeda motor melaju beriringan dari arah selatan. Pengendara di posisi paling depan mendadak mengerem untuk menghindari lubang besar di tengah jalan. Dua motor yang berada di belakangnya berhasil ikut mengerem, tetapi pengendara motor keempat yang berada paling belakang diduga kurang waspada dan terlambat mengerem, sehingga menabrak motor di depannya. Motor yang ditabrak dikendarai oleh seorang pria berinisial H (51), yang saat itu tengah berboncengan dengan anak perempuannya, A (20).

    Benturan cukup keras membuat H dan A tersungkur ke pinggir jalan dan mengalami luka ringan dan memar di bagian tangan dan lutut. Sementara itu, pengendara muda yang menabrak juga mengalami benturan dan terjatuh, namun segera ditolong oleh warga sekitar yang menyaksikan kejadian tersebut. Pengendara tersebut juga menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada H. "Jangan ngelamun, Mas," ujar H menegur pengendara itu, seperti ditirukan salah seorang saksi. Meski mengalami insiden yang cukup mengejutkan, H dan A memilih meninggalkan lokasi lebih dahulu karena merasa luka yang diderita tidak terlalu serius. Kejadian ini sempat menarik perhatian pengendara lain yang melintas, namun tidak sampai menimbulkan kemacetan panjang di sekitar lokasi.

Saturday, April 12, 2025

Menganalisis Wawancara Presiden Prabowo: Ketajaman Pertanyaan, Dinamika Jurnalis, dan Isu-isu Strategis bagi Masyarakat


Wawancara Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis senior dari berbagai media nasional menjadi salah satu momen penting dalam sejarah politik Indonesia. Sebagai presiden yang kini telah resmi menjabat sejak Oktober 2024, tayangan ini memberikan gambaran awal tentang arah kebijakan yang mulai dijalankan oleh Prabowo. Selain itu, wawancara tersebut membuka kesempatan bagi publik untuk menilai sejauh mana keterbukaan dan komitmen pemerintah baru terhadap isu-isu penting di tingkat nasional.

Menurut saya, cara para jurnalis menyusun pertanyaan untuk Presiden Prabowo cukup tajam dan mendalam, walaupun tetap disampaikan dengan hati-hati. Beberapa pertanyaan memang mencoba menggali lebih jauh, namun tidak sampai bersifat menyerang atau menekan langsung. Mereka tetap menjaga sikap yang sopan dan tidak terlalu konfrontatif. Misalnya, saat membahas revisi UU TNI, para jurnalis lebih banyak menanyakan pandangan umum Presiden Prabowo, tanpa benar-benar menyentuh kekhawatiran masyarakat soal kemungkinan perluasan peran militer di luar tugas pertahanan. Padahal, ini isu penting yang layak ditanyakan lebih dalam. Begitu juga saat topik kebijakan tarif Trump muncul, pertanyaannya lebih fokus pada bagaimana Prabowo akan merespons secara bijak, bukan pada dampaknya terhadap arah kebijakan luar negeri Indonesia. Kedua contoh ini menunjukkan bahwa sebagian pertanyaan masih terkesan aman dan belum cukup tajam. Hal ini bisa dimengerti karena wawancara berlangsung dalam suasana yang cukup resmi dan formal, namun masyarakat tetap membutuhkan pertanyaan yang lebih berani dan langsung ke pokok masalah, terutama soal isu-isu penting yang berdampak besar pada kehidupan rakyat dan jalannya demokrasi.

Menurut saya, kehadiran tujuh jurnalis dari berbagai media sebenarnya bisa menciptakan dinamika yang seru dan mendalam dalam wawancara. Tapi dalam tayangan tersebut, saya justru merasa interaksi antarjurnalis kurang terlihat. Setiap jurnalis seperti hanya fokus pada pertanyaannya sendiri, tanpa menanggapi atau melanjutkan dari pertanyaan sebelumnya. Akibatnya, beberapa topik terasa tidak dikembangkan lebih jauh dan hanya berhenti pada jawaban umum dari Presiden Prabowo. Saya tidak melihat adanya persaingan yang mencolok antarjurnalis, tapi juga tidak terlihat adanya kerja sama aktif yang bisa mendorong narasumber untuk lebih terbuka dan bertanggung jawab. Padahal, kalau para jurnalis saling mendukung dalam menggali isu, diskusi bisa jadi lebih kaya dan peran media sebagai pengontrol kekuasaan bisa lebih terasa.

Jika saya menjadi salah satu jurnalis dalam forum tersebut, saya akan mengajukan pertanyaan yang lebih mengutamakan kepentingan masyarakat, seperti tentang komitmen Prabowo terhadap perlindungan HAM dan kebebasan sipil, terutama terkait rencana perluasan peran TNI dalam ranah sipil. Misalnya: "Bagaimana Bapak memastikan bahwa perluasan peran TNI tidak akan mengancam kebebasan sipil masyarakat atau digunakan untuk mengekang kritik terhadap pemerintah?" Pertanyaan ini penting karena berdasarkan sejarah Indonesia, sering kali kekuatan militer yang terlalu besar justru berujung pada tindakan represi (penindasan atau pembatasan kebebasan). Oleh karena itu, transparansi (keterbukaan informasi) dan pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar demokrasi tetap terjaga.

Dari semua topik yang dibahas, saya menilai isu ketahanan pangan adalah yang paling relevan dan mendesak bagi masyarakat. Harga bahan pokok, akses terhadap makanan bergizi, dan kedaulatan petani lokal adalah hal-hal yang langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat. Dalam wawancara, Prabowo menyampaikan rencana besar untuk mencapai swasembada pangan, termasuk pembangunan lumbung pangan dan peningkatan produksi dalam negeri. Media punya tanggung jawab besar untuk terus mengawasi isu ini, termasuk memeriksa pelaksanaannya di lapangan, mendukung petani kecil, dan melihat dampak lingkungan dari proyek pangan besar. Jangan sampai rencana ambisius tersebut hanya menjadi janji politik tanpa ada hasil nyata yang menguntungkan rakyat.

Wawancara ini menjadi momen penting untuk menilai gaya komunikasi Presiden Prabowo sekaligus strategi media dalam menggali informasi. Namun masih terdapat ruang untuk kritik dan perbaikan, baik dari sisi ketajaman pertanyaan maupun dinamika antarjurnalis. Di tengah transisi politik ini, media diharapkan tidak hanya menjadi penyambung lidah kekuasaan, tetapi juga penjaga nurani publik.

 

Friday, April 4, 2025

Kesalahan Bahasa di Ruang Publik


                    1. 
                
                            Kesalahan    =     Apotik
                            Perbaikan    =     Apotek


                    2. 

                            Kesalahan    =     Foto Copy
                            Perbaikan    =     Fotokopi


                    3. 

                            Kesalahan    =    Idul Fitri
                            Perbaikan    =    Idulfitri


                    4. 

                            Kesalahan    =    Catering
                            Perbaikan    =    Katering


                    5. 

                            Kesalahan    =    Meubel
                            Perbaikan    =    Mebel


                    6. 
    
                            Kesalahan    =    Musholla
                            Perbaikan    =    Musala


                    7. 

                            Kesalahan    =    Praktek
                            Perbaikan    =    Praktik


                    8. 

                            Kesalahan    =    Romadhon
                            Perbaikan    =    Ramadan


                    9. 

                            Kesalahan    =    Sop
                            Perbaikan    =    Sup


                    10. 

                            Kesalahan    =    Umroh
                            Perbaikan    =    Umrah



Saturday, March 15, 2025

Menatap Masa Depan: Menuju Cita-Cita dan Menggapai Impian

 

Setiap mahasiswa pasti memiliki impian dan tujuan yang ingin dicapai setelah lulus kuliah. Bagi saya, perjalanan akademik di Sastra Arab telah membuka banyak peluang dan wawasan baru tentang dunia bahasa, budaya, dan sastra. Di semester empat sekarang, saya mulai memiliki gambaran yang lebih jelas tentang tujuan dan cita-cita yang ingin saya capai setelah lulus. Seiring dengan perjalanan akademik dan pengalaman yang terus bertambah, saya semakin yakin akan arah yang ingin saya tuju. 

Cita-cita yang saya pilih merupakan impian, yang lahir dari passion dan hobi yang telah lama saya tekuni. Sejak lama, saya memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap sastra dan ilmu pengetahuan, dua hal yang bagi saya tidak sekadar memberi wawasan, tetapi juga membentuk cara saya memahami dunia. Kecintaan ini membuat saya ingin terus belajar, meneliti, dan berkarya, bukan karena tuntutan, tetapi karena saya benar-benar menikmati prosesnya. Oleh karena itu, saya ingin menjadikan minat ini sebagai jalan hidup dan kontribusi saya di masa depan. Ada tiga bidang utama yang ingin saya tekuni setelah lulus:

1.      Menjadi Penulis Buku dan Karya Sastra

Cita-cita pertama saya adalah menjadi seorang penulis buku, baik fiksi maupun nonfiksi, dalam bahasa Indonesia maupun Arab. Sejak kecil, saya menyukai sastra, membaca, dan menulis. Bagi saya, membaca bukan sekadar hobi untuk mengisi waktu luang, tetapi menjadi sarana menambah wawasan kapanpun dan di manapun itu. Begitu pula dengan menulis, menulis bukan sekadar menyalurkan kreativitas, tetapi juga sarana untuk mengungkapkan perasaan, berbagi ilmu dan wawasan. Saya ingin menciptakan karya yang bermakna, menginspirasi, dan membuka perspektif baru bagi pembaca.

Sastra memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Melalui sastra, seseorang dapat memahami berbagai sudut pandang, merasakan emosi yang mendalam, serta memperoleh wawasan tentang kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan. Sastra juga mengajarkan empati, membantu seseorang melihat dunia dari perspektif yang berbeda, dan memperluas imajinasi serta kreativitas.

Bagi saya, sastra memiliki banyak peran penting yakni sebagai hiburan serta menjadi refleksi atas kehidupan. Dalam karya sastra, ada kisah-kisah yang dapat menguatkan, memberikan harapan, dan bahkan mengubah cara berpikir seseorang. Oleh karena itu, menjadi penulis sastra adalah salah satu cara bagi saya untuk berkontribusi dalam membentuk pemikiran yang lebih kritis, kreatif, dan berwawasan luas di kalangan pembaca.

2.      Mengabdi sebagai Akademisi

Selain menjadi penulis, saya juga ingin berkontribusi di dunia pendidikan sebagai akademisi. Mengajar dan berbagi ilmu adalah salah satu cara untuk terus memperdalam pemahaman sekaligus menyalurkan ilmu kepada orang lain. Saya ingin mengajar di sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki fokus pada bahasa dan sastra Arab, sehingga saya dapat membantu mahasiswa atau siswa memahami lebih dalam tentang keindahan serta kekayaan sastra Arab.

Selain sebagai pengajar, saya juga ingin aktif dalam penelitian dan pengembangan kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman. Dengan begitu, pembelajaran tidak terbatas pada teori, tetapi juga aplikatif dan dapat memberikan manfaat nyata bagi para pelajar. Selain menyampaikan materi, mengajar juga membangun cara berpikir kritis dan analitis bagi para pelajar. 

Mengabdi sebagai akademisi bagi saya bukan sekadar profesi, tetapi juga bentuk dedikasi terhadap ilmu pengetahuan. Saya ingin menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan membuka lebih banyak kesempatan bagi generasi muda untuk mencintai serta mendalami bahasa dan sastra Arab.

3.      Menjadi Peneliti Bahasa

Cita-cita ketiga saya adalah menjadi peneliti bahasa, dengan fokus utama pada sastra dan kemungkinan juga mendalami aspek linguistik. Sastra bagi saya bukan sekadar kumpulan kata yang tersusun indah, melainkan juga cerminan pemikiran, budaya, dan sejarah sebuah peradaban. Melalui penelitian sastra, saya ingin mengeksplorasi bagaimana sebuah karya dapat merepresentasikan kondisi sosial, politik, dan budaya zamannya, serta bagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat tetap relevan di masa kini.

Saya tertarik untuk meneliti berbagai genre sastra, baik klasik maupun modern. Karya sastra dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, serta membuka perspektif baru tentang kehidupan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu, saya ingin mendalami kajian sastra secara lebih mendalam, baik dari segi struktur, gaya bahasa, maupun makna yang tersembunyi di balik teks.

Selain itu, saya juga mempertimbangkan untuk memperluas penelitian ke bidang linguistik, terutama yang berkaitan dengan analisis teks sastra, dan penerjemahan. Linguistik memungkinkan saya untuk memahami bahasa secara lebih sistematis, termasuk bagaimana bahasa digunakan dalam sastra untuk membangun emosi, menggambarkan karakter, dan menyampaikan pesan yang mendalam. Dengan kombinasi sastra dan linguistik, saya berharap dapat mengkaji lebih banyak aspek dalam sebuah teks, baik dari segi makna maupun struktur bahasanya.

Dalam jangka panjang, saya ingin berkontribusi dalam pengembangan kajian sastra dan bahasa, baik melalui penelitian akademik, publikasi ilmiah, maupun pengajaran. Saya juga ingin berperan dalam mendukung upaya pelestarian karya sastra klasik dan mempopulerkan sastra di kalangan generasi muda agar tetap relevan di era modern. Dengan semangat ini, saya berharap perjalanan akademik saya dapat membawa manfaat bagi dunia sastra dan keilmuan bahasa secara lebih luas.

Pada dasarnya, semua cita-cita ini bukan sekadar ambisi, melainkan merupakan cerminan dari apa yang benar-benar saya cintai. Sastra, bahasa, dan ilmu pengetahuan telah menjadi bagian dari hidup saya, dan saya ingin terus menapaki jalan ini dengan sepenuh hati. Saya percaya bahwa dengan terus belajar dan berkembang, saya bisa mewujudkan semua ini. Perjalanan mungkin tidak selalu mudah, tetapi selama saya tetap setia pada apa yang saya sukai, setiap langkah yang saya ambil akan membawa saya lebih dekat pada tujuan.



Suara yang Menguatkan: Jejak Figur dalam Setiap Langkah

  “Ayo berangkat, jangan telat. Sukses nggak bisa datang sendiri, harus dijemput.”      Itulah kalimat pertama yang hampir selalu kudengar s...